Ini Dia Tips Atasi GTM Anak Biar Makan Lahap Kembali

Ayah Bunda pasti pusing tujuh keliling ya kalau Si Kecil tiba-tiba melakukan GTM alias Gerakan Tutup Mulut. Yang tadinya makannya lahap, eh sekarang malah geleng-geleng kepala, buang muka, atau bahkan menangis setiap kali disodori makanan. Tenang, Ayah Bunda nggak sendirian kok! GTM ini fase yang cukup umum dialami anak-anak, terutama di usia balita.
Tips Atasi GTM Anak Biar Makan Lahap Kembali
Memang sih, GTM bisa bikin khawatir karena takut kebutuhan nutrisi Si Kecil nggak terpenuhi. Tapi, jangan buru-buru panik atau malah memaksa anak makan, ya. Justru, paksaan bisa bikin anak makin trauma dan acara makan jadi ajang “perang”. Nah, daripada stres, yuk coba beberapa tips jitu berikut ini untuk mengatasi GTM pada anak. Siapa tahu, salah satunya manjur buat Si Kecil di rumah!
1. Jangan Panik, Tetap Sabar dan Tenang
Ini adalah kunci utama. Saat anak GTM, wajar kalau Ayah Bunda merasa cemas dan frustrasi. Tapi, usahakan untuk tetap tenang dan sabar menghadapinya. Kalau kita panik atau marah, Si Kecil bisa merasakan energi negatif tersebut dan malah jadi makin enggan makan. Ingat, GTM seringkali hanya fase sementara.
Cobalah untuk menciptakan suasana yang rileks dan positif. Anggap saja ini sebagai tantangan untuk lebih kreatif dalam memahami Si Kecil. Dengan kepala dingin, Ayah Bunda akan lebih mudah menemukan solusi dan strategi yang tepat untuk membuat anak mau makan lagi.
2. Ciptakan Suasana Makan yang Menyenangkan
Suasana saat makan itu penting banget, lho! Hindari gangguan seperti menyalakan TV, memberikan gadget, atau mainan saat jam makan. Fokuskan perhatian Si Kecil pada makanan dan interaksi dengan Ayah Bunda. Ajak ngobrol ringan tentang makanannya, misalnya “Wah, wortelnya warna oranye ya, Nak, seperti mobil kesukaanmu!”
Buatlah ritual makan yang menyenangkan, misalnya makan bersama di meja makan. Ketika anak melihat orang tuanya makan dengan lahap dan menikmati makanan, ia bisa terdorong untuk ikut mencoba. Jangan jadikan waktu makan sebagai momen interogasi atau paksaan, tapi sebagai waktu berkualitas bersama keluarga.
3. Variasikan Menu dan Tampilan Makanan
Anak-anak, sama seperti kita, bisa merasa bosan jika disajikan menu yang itu-itu saja. Rasa bosan ini seringkali menjadi pemicu utama GTM. Jadi, penting sekali untuk Ayah Bunda kreatif dalam menyajikan variasi makanan, baik dari segi rasa, tekstur, maupun warna. Jangan takut untuk memperkenalkan bahan makanan baru secara bertahap.
Selain variasi bahan, tampilan makanan juga berpengaruh besar. Cobalah membentuk nasi menjadi karakter lucu, menyusun sayuran warna-warni agar menarik, atau menggunakan piring dan alat makan dengan gambar kesukaan Si Kecil. Kadang, perubahan kecil pada presentasi bisa membuat anak lebih tertarik untuk mencoba.
4. Atur Jadwal Makan yang Teratur
Jadwal makan yang teratur membantu membentuk ritme lapar alami pada anak. Usahakan untuk memberikan 3 kali makan utama dan 2 kali camilan sehat di antara waktu makan. Hindari memberikan camilan terlalu dekat dengan jam makan utama, karena bisa membuat anak sudah kenyang duluan.
Dengan jadwal yang konsisten, tubuh anak akan terbiasa merasa lapar di jam-jam tertentu. Ini akan mempermudah Ayah Bunda untuk menawarkan makanan dan meningkatkan kemungkinan Si Kecil mau makan. Pastikan juga anak tidak terlalu lelah atau mengantuk saat jam makan tiba.
5. Libatkan Anak dalam Proses Persiapan Makanan
Melibatkan anak dalam proses persiapan makanan bisa jadi cara yang efektif untuk meningkatkan minatnya terhadap makanan. Ajak Si Kecil memilih sayuran di pasar, membantu mencuci buah, atau menata makanan di piring (tentu saja dengan pengawasan dan tugas yang sesuai usianya).
Ketika anak merasa ikut andil dalam membuat makanan, ia akan merasa lebih “memiliki” makanan tersebut dan cenderung lebih penasaran untuk mencicipinya. Proses ini juga bisa jadi sarana edukasi yang menyenangkan tentang berbagai jenis bahan makanan.
6. Berikan Porsi Kecil Tapi Menarik
Melihat porsi makanan yang terlalu besar di piringnya bisa membuat anak merasa overwhelmed atau terintimidasi, akhirnya malah jadi malas makan. Lebih baik berikan porsi kecil terlebih dahulu. Jika ia habis dan masih mau, Ayah Bunda bisa menambahkannya lagi.
Fokus pada keberhasilan kecil. Pujilah Si Kecil ketika ia mau mencoba makanan baru atau menghabiskan sedikit makanannya, meskipun hanya satu atau dua suap. Ini akan memberikan dorongan positif dan membuatnya merasa dihargai.
7. Hindari Paksaan, Ancaman, atau Hukuman
Ini penting banget! Memaksa, mengancam (“Kalau nggak makan, nggak boleh main!”), atau menghukum anak karena tidak mau makan justru akan menciptakan asosiasi negatif terhadap makanan dan waktu makan. Anak bisa jadi trauma dan semakin menolak makanan.
Jika anak menolak makan setelah ditawari dengan baik, jangan langsung marah. Angkat makanannya dengan tenang, dan coba tawarkan lagi nanti di jadwal makan berikutnya. Ingat, tujuan kita adalah membuat anak suka makan secara alami, bukan karena takut.
8. Jadilah Contoh yang Baik (Role Model)
Anak adalah peniru ulung. Jika Ayah Bunda sering menunjukkan sikap pilih-pilih makanan atau makan sambil mengeluh, jangan heran kalau Si Kecil menirunya. Sebaliknya, tunjukkan antusiasme saat makan makanan sehat bersama.
Makan bersama keluarga di meja makan adalah kesempatan emas untuk menjadi role model. Biarkan anak melihat Ayah Bunda menikmati berbagai jenis makanan, termasuk sayur dan buah. Ini akan secara tidak langsung mengajarkan mereka bahwa makanan tersebut enak dan baik untuk tubuh.
9. Batasi Camilan dan Minuman Manis Sebelum Makan
Camilan yang tidak sehat atau minuman manis seperti jus kemasan, soda, atau susu dengan gula tambahan bisa membuat anak kenyang sebelum waktunya makan utama. Akibatnya, nafsu makannya akan menurun drastis saat disajikan nasi dan lauk.
Jika ingin memberikan camilan, pilihlah yang sehat seperti potongan buah segar, yogurt tanpa tambahan gula, atau biskuit gandum. Berikan jeda yang cukup antara waktu camilan dan makan utama, minimal 1-2 jam. Untuk minuman, air putih adalah pilihan terbaik.
10. Sabar dan Konsisten Itu Kuncinya
Mengatasi GTM memang butuh kesabaran ekstra dan konsistensi. Jangan mudah menyerah jika satu atau dua cara belum berhasil. Ingat, setiap anak itu unik, jadi mungkin perlu waktu untuk menemukan strategi yang paling pas untuk Si Kecil.
Teruslah mencoba menawarkan berbagai jenis makanan sehat dengan cara yang menyenangkan. Konsisten dengan jadwal makan dan aturan makan yang sudah disepakati. Percayalah, dengan kesabaran dan kasih sayang, fase GTM ini pasti bisa terlewati.
11. Kapan Harus Konsultasi ke Dokter?
Meskipun GTM adalah hal yang umum, Ayah Bunda perlu waspada jika GTM berlangsung lama, disertai penurunan berat badan yang signifikan, anak terlihat lemas, atau ada tanda-tanda sakit lainnya. Jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter anak.
Dokter akan membantu mengevaluasi kondisi kesehatan Si Kecil secara keseluruhan, mencari tahu apakah ada masalah medis yang mendasari GTM tersebut, dan memberikan saran atau penanganan yang lebih spesifik sesuai kebutuhan anak.
Semoga tips-tips di atas bisa membantu Ayah Bunda menghadapi Si Kecil yang sedang GTM ya. Tetap semangat dan nikmati setiap proses tumbuh kembangnya!